iklan

Saturday, 6 September 2014

kain tradisional indonesia

MACAM – MACAM KAIN TRADISIONAL INDONESIA
·      KAIN ULOS

Ulos atau kain ulos adalah salah satu kain khas Indonesia yang dikembangkan oleh masyarakat  Batak, Sumatera. Cara membuat ulos serupa dengan membuat songket khas Palembang yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas dan perak. Ulos kerap digunakan pada perhelatan remi dn upacara adat Batak.Ulos juga sering diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung karena dipercaya akan mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengacam saat proses persalinan.

Mengulosi adalah suatu kegiatan adat yang penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu diikutsertakan. Menurut pemikiran moyang orang Batak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan” . karena orang-orang batak memilih hidu di daratan yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.

·      KAIN GRINGSING

 Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik teknik dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa Tenganan, Bali. Umumnya, masyarakat Tenganan memiliki kain gringsing berusia ratusan tahun yang digunakan dalam upacara khusus. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi 'tidak sakit'. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti penolak bala. Di Bali, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain gringsing.
·      KAIN TAPIS


     Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
·      
KAIN SASIRANGAN




     Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, kain yang didapat dari proses            pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya              menurut corak-corak tertentu..
Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI
·      KAIN SONGKET


Songket mungkin menjadi andalan lain dari kota Palembang setelah pempek. Songket sendiri memiliki arti ‘mengait’ atau ‘mencungkil’, ini terkait dengan teknik pembuatan kain tersebut yang mengaitkan dan menyelipkan benang emas. Kamu bisa menemukn berbagai motif berbeda untuk songket, di mana masing-masing motif memiliki makna berbeda. Beberapa motif songket Palembang yang terkenal antara lain: Saik Kalamai, Buah Palo, Berantai Merah, Kunang-Kunang, Simasam dan Berantai Putiah.
Karena harganya termasuk mahal, kain songket biasanya digunakan saat upacara adat, pesta ataupu perayaan. Kalau kamu ingin mencari kain ini langsung di Palembang, coba saja datangi daerah Pandai Sikek dan Silungkang.
·      KAIN BEBALI

Kain Bebali atau yang di Bali Utara lebih dikenal dengan nama wangsul dan di Bali Timur dikenal dengan nama gedogan , terdiri dari dua suku kata, yakni kain dan bebali. Kain, merupakan hasil tenunan yang dipergunakan untuk menutupi tubuh. Sedangkan Bebali pengertiannya upacara. Maka, kain Bebali merupakan suatu hasil tenunan yang dipergunakan untuk kepentingan upacara, sehingga kain Bebali mengandung nilai – nilai dalam kehidupan sosio kultur.

Mengutip pendapat I Made Seraya, dinyatakan bahwa kain bebali mempunyai arti penting dalam masyarakat karena mempunyai nilai-nilai tertentu antara lain, nilai guna, nilai artistik termasuk nilai estetika di dalamnya. Lebih jauh lagi, Dr. URS Ramseyer, seorang antrolog budaya dari Swiss dan ketua Yayasan Basel dankt Bali, mengatakan bahwa tenun Bebali adalah sebuah contoh yang baik sekali untuk memperlihatkan bagaimana satuan-satuan budaya material memiliki fungsi sebagai pembawa pesan-pesan bagi komunikasi pengetahuan (kearifan) budaya.

No comments :

Post a Comment