KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah
ini berisikan tentang Motif Dayak, Motif Jepara, Motif Melayu, Motif Bali.
Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Nanga Pinoh, September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
A. Motif Dayak...................................................................................................................... 2
B. Motif Jepara...................................................................................................................... 3
C. Motif Melayu.................................................................................................................... 4
D. Motif Bali.......................................................................................................................... 5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 7
B. Saran................................................................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
Seni berasal
dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan.
Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa
Latin disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Kata budaya
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau
adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata
budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri
diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia,
sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok
manusia.
Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang
termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam
rentang perjalanan sejarah peradaban manusia. Seni dapat berupa seni tari, seni
musik, seni teater, maupun seni rupa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motif Dayak
Motif Dayak pada dasarnya merupakan perpaduan
antara suatu pola dasar yang memiliki artinya masing-masing, kemudian
dikreasikan dalam berbagai perpaduan beberapa motif dasar sehingga menjadi satu
kesatuan rangkaian makna yang berarti.
Motif Bunga
Berbagai motif ukiran bunga, yang
pada mulanya dugunakan sebagai pola dasar tato / seni lukis tubuh. Pada zaman
sekarang selain sebagi pola dasar tato, pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta
lukisan properti kesenian, interior funitur, dll. Bagi suku Dayak yang tinggal di sekitar Kalimantan dan
Sarawak Malaysia, tato di sekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku
yang suka menolong seperti ahli pengobatan. Semakin banyak tatoo di tangannya,
menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin arif dalam ilmu
pengobatan.
Motif Perisai
Pola dasar lainnya yaitu perisai.
motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan
motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan
yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan
sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.
Motif Burung
Enggang
Motif burung enggang Ini biasa
ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga
merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau Pohotara merupakan
penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading. Menurut kepercayaan
budaya suku Dayak, Mahatala atau Pohotara ini merupakan jelmaan dari Panglima
Burung yang datang hanya dalam keadaan penting (Perang). Oleh sebab itu simbol
ini merupakan simbol yang paling dominan dalam ukiran motif dayak.
Motif Naga
Kompilasi motif naga dari berbagai
suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan
suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata
atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air).
Sehingga Jata atau Juata ini dianggap sebagai simbol yang suci.
Motif Anjing
Kompilasi motif anjing. Motif anjing
ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku
dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa
yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Cerita
ini tersirat dalam kisah "Dayang Sumbi dan Si Kumang". Akan tetapi
itu hanya merupakan cerita rakyat semata. Pada dasarnya suku dayak membuat motif
anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada
hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka
berburu serta selalu setia kepada tuannya.
B. Motif
Jepara/Jawa Timur
Jepara
dikenal sebagai penghasil ukiran kayu. Banyak kursi ukir dan berbagai hasil
kesenian lain, yang
telah
diekspor ke berbagai negara. Tahukah anda, jika Jepara juga memiliki batik
khas? Batik Jepara juga telah diakui di dunia internasional, sama seperti seni
ukirnya. Batik asal Jepara memiliki motifnya sendiri, yang berbeda dengan motif
batik daerah lain.
Motif
batiknya menggunakan relief ukir. Ada beberapa motif yang dapat ditemukan dari
batik ini, yaitu:
Motif Parang Poro
Nama Parang Poro merupakan
singkatan dari Parang Motif Batik Penting Tapi Ternyata Tak Sekedar Motif
Jeporo. Motif ini disusun miring dengan stilisasi ranting dan daun saling
mengait. Makna yang dikandung motif Parang Poro yaitu hidup saling membutuhkan.
Motih Elung Bimo
Kurdo
Motif ini diinspirasi oleh tokoh pewayangan Nima, karakter pada motif menunjukan agung, kokoh dan wibawa.
Motif Kembang
Setaman
Motif ini berupa motif ulir dengan hiasan bunga aneka warna
serta kupu-kupu. Motif ini mencerminkan harmoni keindahan taman bunga.
- Motif Sido Arum
Motif ini diinspirasi
motif klasik semacam Sido Mukti, Sido Pangkat, dan lain sebagainya. Makna yang
terkandung yaitu agar derajat dan pangkat dapat bermanfaat bagi kehidupan.
C.
Motif Melayu
Motif Itik Pulang petang
Corak Motif Itik Sekawan (Itik Pulang
Petang) untuk Ukir Tekat Tenun Songket menggambarkan tingkah laku hewan Itik
yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang.
Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama,
menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan
dan menjadi suatu corak motif untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif
Itik Pulang Petang atau Motif Itik Sekawan.
Motif pucuk rebung
melambangkan harapan baik sebab bambu
merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun.
Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain
atau tumpal kain tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket
dimaksudkan agar si pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik
dalam setiap langkah hidup.
Corak Motif Lebah Bergayut untuk Ukir Tekat Tenun Songket
Ditempatkan pada bagian atas bidang
ukir/tekat/tenun/songket. Motif Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah
madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu
Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat
menggantungkan rumah lebah.
Motif Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan
Hiasan ini terdapat pada
keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap
bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya.
Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari
empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu
Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan
yang tahu batas dan tahu diri.
Motif Selembayung
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran
atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang
berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap
layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu
hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap
layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas
dan tahu diri.
D.
Motif Bali
Motif air
Motif Angkara
Motif Angkus
Motif Api
Motif
Aun-Aun
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Negara Indonesia memiliki beraneka ragam seni budaya. Setiap daerah
memiliki cirri khas budaya yang berbeda-beda. Kekayaan seni budaya daerah
merupakan sumber kekayaan kebudayaan nasional. Salah satu bentuk karya seni
budaaya tersebut adalah motif
hias nusantara.
Motif hias adalah bentuk dasar pada suatu
bidang atau ruang yang membentuk sesuatu yang indah. Motif-motif hias memiliki
makna yang berbeda-beda.
1.
Motif hias tumbuhan atau lung-lungan terutama
motif pohon hayat dimaknai sebagai lambang kehidupan atau kesuburan.
2.
Motif hias
manusia merupakan lambang roh nenek moyang atau lambang kesaktian.
3.
Motif hewan,
seperti motif burung merak dan burung kakatua dimaknai sebagai lambang benua
atas atau langit. Sedangkan benua bawah atau bumi dilambangkan sebagai ular,
ikan, penyu atau hewan air lainnya.
Motif
hias juga dimaknai secara kelompok. Berikut ini ragam corak
batik yang memiliki makna-makna tertentu :
1.
Corak truntum
merupakan simbol harapan agar pemakainya menemukan kehidupan yang rukun,
tenteram dan bahagia.
2.
Corak sidomukti
merupakan simbol harapan agar sepasang pengantin yang mengenakannya dapat hidup
bahagia.
3.
Corak sidoluhur
dan sidomulya merupakan simbol harapan agar si pemakai dapat berpangkat tinggi, memiliki
sikap terpuji, dan luhur budi pekertinya.
B. Saran
Untuk lebih memahami tentang motif dalan seni budaya agar anda mencari
informasi yang lebih detail seperti buku dan internet. Karena makalah kami ini
cuma secara ringkas.
DAFTAR PUSTAKA
http://warnetalbarokah.blogspot.com/2013/10/makalah-seni-budaya.html
http://www.google.com
No comments :
Post a Comment