iklan

Friday, 3 October 2014

motif dayak, motif jepara, motif melayu, motif bali

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang Motif Dayak, Motif Jepara, Motif Melayu, Motif Bali.
          Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
          Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Nanga Pinoh,     September 2014
  Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
       A.    Motif Dayak...................................................................................................................... 2
       B.     Motif Jepara...................................................................................................................... 3
       C.     Motif Melayu.................................................................................................................... 4
       D.    Motif Bali.......................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan....................................................................................................................... 7
      B.     Saran................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 8

BAB I
PENDAHULUAN


Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia. Seni dapat berupa seni tari, seni musik, seni teater, maupun seni rupa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Motif Dayak
Motif Dayak pada dasarnya merupakan perpaduan antara suatu pola dasar yang memiliki artinya masing-masing, kemudian dikreasikan dalam berbagai perpaduan beberapa motif dasar sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian makna yang berarti.

Motif Bunga

 
Berbagai motif ukiran bunga, yang pada mulanya dugunakan sebagai pola dasar tato / seni lukis tubuh. Pada zaman sekarang selain sebagi pola dasar tato, pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta lukisan properti kesenian, interior funitur, dll. Bagi suku Dayak yang tinggal di sekitar Kalimantan dan Sarawak Malaysia, tato di sekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku yang suka menolong seperti ahli pengobatan. Semakin banyak tatoo di tangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin arif dalam ilmu pengobatan.

Motif Perisai





Pola dasar lainnya yaitu perisai. motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.


Motif Burung Enggang







Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam.  Mahatala atau Pohotara  merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading. Menurut kepercayaan budaya suku Dayak, Mahatala atau Pohotara ini merupakan jelmaan dari Panglima Burung yang datang hanya dalam keadaan penting (Perang). Oleh sebab itu simbol ini merupakan simbol yang paling dominan dalam ukiran motif dayak.






Motif Naga







Kompilasi motif naga dari berbagai suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air). Sehingga Jata atau Juata ini dianggap sebagai simbol yang suci. 

Motif Anjing







Kompilasi motif anjing. Motif anjing ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Cerita ini tersirat dalam kisah "Dayang Sumbi dan Si Kumang". Akan tetapi itu hanya merupakan cerita rakyat semata. Pada dasarnya suku dayak membuat motif anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka berburu serta selalu setia kepada tuannya.  

B.       Motif Jepara/Jawa Timur
Jepara dikenal sebagai penghasil ukiran kayu. Banyak kursi ukir dan berbagai hasil kesenian lain, yang
telah diekspor ke berbagai negara. Tahukah anda, jika Jepara juga memiliki batik khas? Batik Jepara juga telah diakui di dunia internasional, sama seperti seni ukirnya. Batik asal Jepara memiliki motifnya sendiri, yang berbeda dengan motif batik daerah lain.
Motif batiknya menggunakan relief ukir. Ada beberapa motif yang dapat ditemukan dari batik ini, yaitu:
        Motif Parang Poro

Nama Parang Poro merupakan singkatan dari Parang Motif Batik Penting Tapi Ternyata Tak Sekedar Motif Jeporo. Motif ini disusun miring dengan stilisasi ranting dan daun saling mengait. Makna yang dikandung motif Parang Poro yaitu hidup saling membutuhkan.

 
           Motih Elung Bimo Kurdo

Motif ini diinspirasi oleh tokoh pewayangan Nima, karakter pada motif menunjukan agung, kokoh dan wibawa.
            Motif Kembang Setaman
Motif ini berupa motif ulir dengan hiasan bunga aneka warna serta kupu-kupu. Motif ini mencerminkan harmoni keindahan taman bunga.

  • Motif Sido Arum
Motif ini diinspirasi motif klasik semacam Sido Mukti, Sido Pangkat, dan lain sebagainya. Makna yang terkandung yaitu agar derajat dan pangkat dapat bermanfaat bagi kehidupan.

C.      Motif Melayu
Motif Itik Pulang petang
Corak Motif Itik Sekawan (Itik Pulang Petang) untuk Ukir Tekat Tenun Songket menggambarkan tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif Itik Pulang Petang atau Motif Itik Sekawan.
Motif pucuk rebung



 
melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar si pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.
Corak Motif Lebah Bergayut untuk Ukir Tekat Tenun Songket





Ditempatkan pada bagian atas bidang ukir/tekat/tenun/songket. Motif Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat menggantungkan rumah lebah.
Motif Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.
Motif Selembayung
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.

D.      Motif Bali
Motif air




Motif Angkara
 





Motif Angkus
 



Motif Api

 




Motif Aun-Aun



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Negara Indonesia memiliki beraneka ragam seni budaya. Setiap daerah memiliki cirri khas budaya yang berbeda-beda. Kekayaan seni budaya daerah merupakan sumber kekayaan kebudayaan nasional. Salah satu bentuk karya seni budaaya tersebut adalah motif hias nusantara.
Motif hias adalah bentuk dasar pada suatu bidang atau ruang yang membentuk sesuatu yang indah. Motif-motif hias memiliki makna yang berbeda-beda.
Berikut ini beberapa motif hias dan maknanya :
1.      Motif hias tumbuhan atau lung-lungan terutama motif pohon hayat dimaknai sebagai lambang kehidupan atau kesuburan.
2.      Motif hias manusia merupakan lambang roh nenek moyang atau lambang  kesaktian.
3.      Motif hewan, seperti motif burung merak dan burung kakatua dimaknai sebagai lambang benua atas atau langit. Sedangkan benua bawah atau bumi dilambangkan sebagai ular, ikan, penyu atau hewan air lainnya.
Motif hias juga dimaknai secara kelompok. Berikut ini ragam corak batik yang memiliki makna-makna tertentu :
1.      Corak truntum merupakan simbol harapan agar pemakainya menemukan kehidupan yang rukun, tenteram dan bahagia.
2.      Corak sidomukti merupakan simbol harapan agar sepasang pengantin yang mengenakannya dapat hidup bahagia.
3.       Corak sidoluhur dan sidomulya merupakan simbol harapan agar si pemakai dapat berpangkat tinggi, memiliki sikap terpuji, dan luhur budi pekertinya.

B.       Saran
Untuk lebih memahami tentang motif dalan seni budaya agar anda mencari informasi yang lebih detail seperti buku dan internet. Karena makalah kami ini cuma secara ringkas.


DAFTAR PUSTAKA

http://warnetalbarokah.blogspot.com/2013/10/makalah-seni-budaya.html
http://www.google.com

No comments :

Post a Comment