iklan

Wednesday, 3 December 2014

makalah pendidikan bahasa indonesia (diksi atai pilihan kata)

MAKALAH
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

“DIKSI ATAU PILIHAN KATA“
Dosen : Aprima Tirsa, S.Pd








Disusun Oleh :



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP NANGA PINOH
2014

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum wr. wb
Dewasa ini didalam berbahasa indonesia, sering terdapat kerancuan dalam penulisan,ucapan maupun dalam struktur ejaan. Masing-masing orang mempunyai pemahaman dan pendapat yang berbeda-beda sehingga kadang terjadi kesalahpahaman dan membingungkan mana yang sesungguhnya benar. Terutama dalam pemakaian dan pemilihan kata, biasanya sulit untuk membedakan mana kata yang baku dan tudak baku seperti aturan-aturan yang ada didalam EYD-Ejaan Yang Disempurnakan.
Oleh karena itu didalam makalah ini, kami akan mencoba membahas dan menjelaskan tentang pemilihan kata (diksi). Bahasa indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami pasang surut. Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena mengikuti perkembangan zaman. Bahkan atas nama modernisasi, orang jadi cenderung malu untuk menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bagi yang masih peduli dengan penggunaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari tahap sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun yang kami harapkan untuk bisa lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Nanga Pinoh,    Oktober 2014
Penyusun,


Kelompok 2



DAFTAR ISI

I.  Jargo. 16


BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Secara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.
Seiring seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan dikuasai.

B.  Perumusan Masalah

1.        Apa itu diksi atau pilihan kata ?
2.        Apa itu kata berimbuhan ?
3.        Apa pengertian kata ulang ?
4.        Apa itu kata majemuk ?
5.        Sebutkan jenis-jenis makna kata ?
6.        Bagaimana bentuk-bentuk pertalian makna ?
7.        Apa pengertian peribahasa dan macam-macam peribahasa ?
8.        Bagaimana gaya bahasa atau majas ?
9.        Apa pengertian jargon ?
10.    Apa itu kata asing dan kata serapan ?
11.    Apa saja jenis-jenis kata-kata baru ?
12.    Bagaimana makna kata dalam kalimat ?
13.    Bagaimana kesesuaian pilihan kata ?

C.  Tujuan

2.        Untuk mengetahui pengertian kata berimbuhan
3.        Untuk mengetahui pengertian,bentuk dan makna kata ulang
4.        Untuk mengetahui pengertian kata majemuk
5.        Untuk mengetahui pengertian, macam-macam, dan jenis-jenis makna kata
6.        Untuk mengetahui bentuk-bentuk pertalian makna
7.        Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam peribahasa
8.        Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa atau majas dan macam-macam gaya bahasa
9.        Untuk mengetahui pengertian jargon
10.    Untuk mengetahui pengertian kata asing dan kata serapan
11.    Untuk mengetahui contoh kata-kata baru
12.    Untuk mengetahui pengertian makna kata dalam kalimat
13.    Untuk mengetahui kesesuaian pilihan kata



BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

   Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampumengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a)    Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b)    Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c)    Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d)    Mencegah perbedaan penafsiran.
e)    Mencagah salah pemahaman.
f)     Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

B. Kata Berimbuhan
         Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan. Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang disebut kata berimbuhan.
BENTUK-BENTUK IMBUHAN
·      Awalan (Prefiks)
Contoh: me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-
·      Sisipan (Infiks)
Contoh: -el- ; -em- ; -er- ; -in-
·      Akhiran (Sufiks)
Contoh: -kan ; -an ; -i ; -nya
·      Konfiks
Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.
Contoh: ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya
Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; -man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme
FUNGSI IMBUHAN
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
·       batu (benda) -> membatu (sifat)
·       indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
·       mandi (kerja) -> pemandian (benda)
Fungsi imbuhan:
·      Membentuk kata benda
pe(N)- ; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ; pe-an ; -an ; per-
Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi, fakultas, perairan, lautan, kelautan, dll.
·       Membentuk kata kerja
me(N)- ; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ; di-kan ; di-i
Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengertingkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.
·       Membentuk kata sifat
-i ; -wi ; -iyah ; -is
Contoh: insani, duniawi, alamiah, humoris, dll.
·       Membentuk kata keterangan
se-nya ; -nya ; -an
Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.
·       Membentuk kata bilangan
se- ; ke-
Contoh: sebelas, seratus, kedua, kelima, dll.

C. Kata Ulang

            Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami proses pengulangan.
1.    Bentuk Kata Ulang 
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.

·      Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.

·      Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.
Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.

·      Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
·      Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.

·      Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication" yang berarti perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.
Misalnya: lelaki, tetua.

2.    Makna dan Fungsi Kata Ulang
·            Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.

a.    Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
b.    Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
·           Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.

a.    Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.

b. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.

c.    Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.
Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
d.   Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh

·           Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.

a.    Menyatakan makna lebih (intensitas).
Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!

b.    Menyatakan makna sampai atau pernah.
Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).

1)        Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif (paling).
2)        Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
3)        Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.
4)        Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
5)        Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.
6)        Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
·           Perulangan kata bilangan
a.         Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu".
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.

b.         Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu itu".
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
c.         Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga, dst.".
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
d.        Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.


D. Kata Majemuk

            Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi gabungan kata itu secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti baru.
Contoh-contoh Kata Majemuk
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
a. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
b. Dia sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang bertingkat.
Contoh:
Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke sekolah.
Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas     kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hokum DM    (Diterangkan mendahului Menerangkan).

E. Makna Kata

            Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya kata rumah yang berarti tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk kata tersebut.
Macam-Macam Makna
Secara umum, makna kata dibedakan menjadi:

1. Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2. Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna dasar yang umum.
3. Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
4. Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
5. Makna idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
Pergeseran Makna Kata

Pergeseran Makna Kata adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karna perbedaan kurun waktu pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.
Kata manis akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan. Contohnya; wajahmu manis sekali.
Jenis-Jenis Pergeseran Makna
1. Meluas

Makna meluas yaitu makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata bapak, makna asalnya adalah orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini berlaku bagi semua orang dewasa laki-laki yang dihormati.
2. Menyempit
Makna menyempit yaitu makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna asalnya. Contoh; ulama, makna asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan yang luas, tapi sekarang maknanya adalah pemuka agama islam.
3. Peyorasi
Makna peyorasi adalah makna yang sekarang lebih rendah nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata abang, dulu kata ini digunakan untuk sebutan kakak laki-laki, namun sekarang kata ini digunakan untuk orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak, abang tukang bakso, dll.
4. Ameliorasi
Makna ameliorasi adalah makna yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata istri atau nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.
5. Asosiasi
Makna asosiasi adalah perubahan makna akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil asosiasi ini menunjukan makna kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat pengancing pintu . Akan tetapi, dalam dunia pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah disediakan oleh penbuat soal.
6. Sinestesia
Makna sinestesi adalah perubahan makna akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua indera yang berbeda. Contoh: Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.


F. Bentuk-bentuk Pertalian Makna

SINONIM
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh :

• Meninggal/Mati
Ayahnya meninggal dua bulan yang lalu
Hewan itu mati karena tertabrak mobil
• Bunga/Kembang
Nama Latin dari bunga bangkai adalah Rafflesia Arnoldi
Warna kembang sepatu itu sangat menarik

ANTONIM
Antonim adalah adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh :

• Pendek/Tinggi
Adiknya tinggi sedangkan kakaknya terlihat sedikit pendek
Pohon yang tinggi itu baru saja disambar petir
• Panas/Dingin
Cuaca di daerah ini sangat panas
Suhu dingin di negara itu bisa mencapai 100 derajat Celcius




HIPERNIM & HOMONIM
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :
• Hipernim = Sepatu
Hiponim = High Heels, Wedges, Stilleto, Sneakers, Boot, Skate
• Hipernim = Mobil
Hiponim = Sedan, Chooper, SUV, Jeep, Minibus, Bus

HOMONIM, HOMOFON, HOMOGRAF

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh :
• Hak
Dia harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya
(Hak di sini bermakna sesuatu yang wajib diterima)

Hak sepatunya patah ketika ia berjalan
(Hak di sini bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif tinggi)
Homofon adalah suatu kata yang sama lafalnya dengan kata lain tetapi beda ejaan dan maknanya. Contoh :

• Sanksi & Sangsi
Siapapun yang melanggar peraturan pasti akan mendapat sanksi
(hukuman/denda)
Polisi masih sangsi atas keterangan dari pelaku

(ragu-ragu)
Homograf adalah suatu kata yang tulisannya sama dengan kata lain tetapi beda lafal dan maknanya. Contoh :

• Teras
Rumahnya sejuk dan teras rumahnya pun luas
(teras di sini bermakna halaman depan rumah)
Ibunya adalah seorang pejabat teras
(teras di sini bermakna pejabat tinggi)
POLISEMI
Polisemi adalah satu buah kata/ ujaran yang memiliki makna lebih dari satu. Setiap satu entri kata dalam kamus yang memiliki makna leksikal lebih dari satu adalah polisemi. Contoh :

• Ekor
Ayah membeli ayam seharga Rp. 100.000 per ekor
(ekor di sini bermakna setiap)
Keresahan masyarakat saat ini merupakan ekor berbagai kasus peledakan bom
(ekor di sini bermakna akibat dr kejadian atau keadaan sebelumnya)
Dengan ekor matanya, dia melihat wanita muda nan cantik itu.

(ekor di sini bermakna bagian yg di belakang sekali)
Ibu memotong ekor ayam untuk menandai ayam miliknya
(ekor di sini bermakna bagian tubuh binatang dsb yg paling belakang, baik berupa sambungan dr tulang punggung maupun sbg lekatan)
Kita jangan mengekor bangsa lain
(ekor di sini bermakna sesuatu yg rupanya (keadaannya) seperti ekor)
Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pembeda
Homonim
Homofon
Homograf
Polisemi
tulisan
=
=
=
lafal/bunyi
=
=
=
makna
=
contoh
bisa 
bang
tahu
bunga

G. Peribahasa

            Peribahasa adalah ungkapan ringkas padat berisi kebenaran yang wajar, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku, ungkapan pendek yang mengandung aturan tingkah laku sebagai prinsip hidup.


Macam-Macam Peribahasa 
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang.
Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah.

Menang jadi arang, kalah jadi abu.

Kalah ataupun menang sama-sama menderita.

Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.

Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.

Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.

Adat pasang turun naik.

Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.

H. Gaya Bahasa atau Majas

            Majas atau kiasan adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Majas dapat digolongkan sebagai berikut.
1.    Majas perbandingan
2.    Majas pertentangan
3.    Majas pertautan
4.    Majas perulangan
Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:

1. Majas Perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.

Contoh:
·       Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
·       Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
·       Semanis madu.
·       Sedalam laut.
·       Secantik bidadari.
·       Sesegar udara pagi.
Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana, umpama.

2. Metafora

Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:
·       Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
·       Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
·       Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
·       Nina tangkai hati  ibu.

3. Personifikasi

Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
·       Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
·       Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
·       Matahari mulai merangkak  ke atas.
·       Kabut tebal menyelimuti desa kami.

4. Alegori

Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.

Contoh:
·       Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)

Majas Pertentangan

Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1.    Hiperbola
2.    Litotes
3.    Ironi
4.    Antonomasia
5.    Oksimoron
6.    Paradoks
7.    Kontradiksio

Majas Pertautan

Majas pertautan dibedakan menjadi:
1.    Metonimia
2.    Sinekdok, terdiri atas:
o   Pars pro toto
o   Totem pro parte
3.    Alusio
4.    Eufemisme

Majas Perulangan

Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.

I. Jargon

            Merupakan kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu. Kata-kata tersebut sering merupakan kata sandi atau kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia).

J. Kata Asing dan Kata Serapan

            Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu. Contohnya dongkrak, sakelar, pelopor, individu.
            Kata asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa indonesia. Contohnya : option.

K. Kata-kata Baru

            Dalam perkembangan, sering muncul jenis kata-kata baru yang diperkenalkan. Contohnya : canggih, pemerian, pascabedah, prakiraan, kendala.

L. Makna Kata Dalam Kalimat

            Maknna sebuah kata dapat mengalami perubahan. Setiap kata memiliki konteks, maka makna kata pada dasarnya bergantung pada konteksnya. Makna kata menjadi jelas ketika digunakan dalam kalimat, dalam konteks verbalnya, terkait dengan kata- kata yang mendahului dan mengikutinya.



M. Kesesuaian Pilihan Kata

1. Nilai-nilai sosial
            Dalam memilih kata, penulis perlu memperhatikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pembaca. Penulis perlu memperhatikan apakah ada kata tabu, atau kata-kata yang mempunyai konotasi lain yang berkaitan dengan persoalan sopan santun atau kepercayaan mereka. Contoh : wafat-mati, isteri-bini, putera-anak, saudara-kamu.
2. Kata baku dan nonbaku
            Bahasa baku adalah jenis bahasa yang digunakan oleh kelas terpelajar didalam masyarakat. Kata baku digunakan dalam tulisan-tulisan formal. Contoh kata baku-nonbaku : tidak-enggak, berkata-ngomong, membuat-bikin, mengapa-ngapain, beri-kasi, memikirkan-mikirin.
3. Sasaran penulisan
            Sasara dari tulisan adalah kelompok masyarakat kepada siapa tulisan tersebut ditunjukan. Sasaran tulisan ini akan menentukan ragam bahasa, kalimat, serta kata-kata yang digunakan.


BAB III

PENUTUP


A.      Kesimpulan

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Ada tiga hal yang yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata mengangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi dan konteks tertentu.

B.   Saran

Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas perkuliahannya.

 



DAFTAR PUSTAKA


http://rezkiiqkye.blogspot.com/2013/01/makalah-diksi-pemilihan-kata.html. (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 20.31 Wib)

http://ilmu-fakta.blogspot.com/2013/02/kata-berimbuhan.html  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:35 Wib)

http://pelitaku.sabda.org/kata_ulang  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:38 Wib)

http://suhermanuhim.blogspot.com/  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:43 Wib)

http://ruangbacabajang.blogspot.com/2013/05/makna-kata.html (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:47 Wib)

http://chriztiantian.blogspot.com/2012/09/bentuk-bentuk-pertalian-makna.html  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:55 Wib)

http://muhamad-irvansah.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-macam-macam-peribahasa.html  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 22:03 Wib)

http://mulanovich.blogspot.com/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html#axzz3Gz4gUmom  (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 22:07 Wib)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 22:13 Wib)


Kerap, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

No comments :

Post a Comment