MAKALAH
PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA
“DIKSI ATAU PILIHAN
KATA“
Dosen : Aprima Tirsa, S.Pd
Disusun Oleh :
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP NANGA PINOH
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Dewasa ini didalam berbahasa indonesia,
sering terdapat kerancuan dalam penulisan,ucapan maupun dalam struktur ejaan.
Masing-masing orang mempunyai pemahaman dan pendapat yang berbeda-beda sehingga
kadang terjadi kesalahpahaman dan membingungkan mana yang sesungguhnya benar.
Terutama dalam pemakaian dan pemilihan kata, biasanya
sulit untuk membedakan mana kata yang baku dan tudak baku seperti aturan-aturan
yang ada didalam EYD-Ejaan Yang Disempurnakan.
Oleh karena itu didalam makalah ini,
kami akan mencoba membahas dan menjelaskan tentang pemilihan kata (diksi).
Bahasa indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami pasang surut.
Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena mengikuti
perkembangan zaman. Bahkan atas nama modernisasi,
orang jadi cenderung malu untuk menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan
benar.
Makalah ini diharapkan bisa menambah
wawasan bagi pembaca dan bagi yang masih peduli dengan penggunaan bahasa
indonesia dengan baik dan benar. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
tahap sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun yang kami
harapkan untuk bisa lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Nanga Pinoh, Oktober
2014
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
I. Jargo
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap
hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus
mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis
atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus bertukar pikiran dengan kawan
mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen. Malam hari, ia harus
mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatan-catatannya maupun dari
buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila ia seorang yang rajin ia
masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel
dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata
beserta gagasannya seolah-olah membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya.
Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan
sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.
Seiring seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya
karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak
mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau
istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua
aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan
dikuasai.
B.
Perumusan Masalah
1.
Apa itu diksi atau pilihan kata ?
2.
Apa itu kata berimbuhan ?
3.
Apa pengertian kata ulang ?
4.
Apa itu kata majemuk ?
5.
Sebutkan jenis-jenis makna kata ?
6.
Bagaimana bentuk-bentuk pertalian makna ?
7.
Apa pengertian peribahasa dan macam-macam peribahasa ?
8.
Bagaimana gaya bahasa atau majas ?
9.
Apa pengertian jargon ?
10. Apa itu kata asing dan kata
serapan ?
11. Apa saja jenis-jenis kata-kata
baru ?
12. Bagaimana makna kata dalam
kalimat ?
13. Bagaimana kesesuaian pilihan
kata ?
C.
Tujuan
2.
Untuk mengetahui pengertian kata berimbuhan
3.
Untuk mengetahui pengertian,bentuk dan makna kata ulang
4.
Untuk mengetahui pengertian kata majemuk
5.
Untuk mengetahui pengertian, macam-macam, dan jenis-jenis makna kata
6.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pertalian makna
7.
Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam peribahasa
8.
Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa atau majas dan macam-macam gaya
bahasa
9.
Untuk mengetahui pengertian jargon
10. Untuk mengetahui pengertian
kata asing dan kata serapan
11. Untuk mengetahui contoh
kata-kata baru
12. Untuk mengetahui pengertian
makna kata dalam kalimat
13. Untuk mengetahui kesesuaian
pilihan kata
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan
juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi
adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi
oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampumengomunikasikannya secara
efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam
karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil
pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a) Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan
yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang
baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian
target komunikasi.
B. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses
pengimbuhan. Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk
dasar untuk membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang
disebut kata berimbuhan.
BENTUK-BENTUK IMBUHAN
· Awalan (Prefiks)
Contoh:
me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-
· Sisipan (Infiks)
Contoh:
-el- ; -em- ; -er- ; -in-
· Akhiran (Sufiks)
Contoh:
-kan ; -an ; -i ; -nya
· Konfiks
Imbuhan
yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.
Contoh:
ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya
Di samping itu, dikenal pula imbuhan
yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; -man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is
; -sasi ; -isme
FUNGSI IMBUHAN
Pemakaian imbuhan dapat mengubah
kelas kata. Kata benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata
kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
·
batu
(benda) -> membatu (sifat)
·
indah
(sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
·
mandi
(kerja) -> pemandian (benda)
Fungsi imbuhan:
· Membentuk kata benda
pe(N)-
; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ;
pe-an ; -an ; per-
Contoh:
penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi, fakultas,
perairan, lautan, kelautan, dll.
·
Membentuk
kata kerja
me(N)-
; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan
; di-kan ; di-i
Contoh:
melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengertingkan,
menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.
·
Membentuk
kata sifat
-i ;
-wi ; -iyah ; -is
Contoh:
insani, duniawi, alamiah, humoris, dll.
·
Membentuk
kata keterangan
se-nya
; -nya ; -an
Contoh:
sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.
·
Membentuk
kata bilangan
se- ;
ke-
Contoh:
sebelas, seratus, kedua, kelima, dll.
C. Kata Ulang
Kata ulang atau reduplikasi adalah
kata yang mengalami proses pengulangan.
1. Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
·
Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata
ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
·
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu
semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau
akhiran.
Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
·
Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami
perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
·
Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk
ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga
memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
·
Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau
kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah
menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata ulang ini disebut juga
reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication" yang
berarti perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.
Misalnya: lelaki, tetua.
2. Makna dan Fungsi Kata Ulang
·
Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
a.
Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan,
sayur-sayuran.
b.
Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya:
anak-anakan, orang-orangan.
·
Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
a. Menyatakan bahwa pekerjaan itu
dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
b. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau
keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
c. Menyatakan bermacam-macam
pekerjaan.
Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
d. Menyatakan pekerjaan yang
dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
·
Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
a. Menyatakan makna lebih
(intensitas).
Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
b. Menyatakan makna sampai atau
pernah.
Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri
(tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
1)
Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung
makna superlatif (paling).
2)
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan.
Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
3)
Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata
sifat itu.
4)
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di
sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah
tidur. (agak pening; pening sedikit)
5)
Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa
Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.
6)
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan
memengaruhi jiwanya kelak.
·
Perulangan kata bilangan
a.
Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna
"satu demi satu".
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
b.
Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi
makna "hanya satu itu".
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
c.
Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian
"sekaligus dua, tiga, dst.".
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
d.
Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu,
dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti
dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.
D. Kata Majemuk
Kata
majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu
pengertian baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi gabungan
kata itu secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti baru.
Contoh-contoh Kata Majemuk
1.
Kalimat majemuk setara
Kalimat
majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap
unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
a.
Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
b. Dia
sangat baik hati dan suka menolong.
2.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara
klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya
mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat
mengumpulkannya.
3.
Kalimat majemuk campuran
Kalimat
yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang
bertingkat.
Contoh:
Setelah
saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke
sekolah.
Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri kata majemuk antara lain sebagai
berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti
yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke
luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas
kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata
dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang
bersifat endosentris, terbentuk menurut hokum DM (Diterangkan
mendahului Menerangkan).
E. Makna
Kata
Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan.
Contohnya kata rumah yang berarti tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk
kata tersebut.
Macam-Macam Makna
Secara umum, makna kata dibedakan menjadi:
1. Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai
dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2. Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang
didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna
dasar yang umum.
3. Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata sebagai
satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
4. Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan
bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
5. Makna idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat
pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul
kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
Pergeseran Makna Kata
Pergeseran Makna Kata adalah perubahan
makna suatu kata yang diakibatkan karna perbedaan kurun waktu pemakaian atau
pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.
Kata manis akan beda maknanya jika
ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan. Contohnya; wajahmu manis
sekali.
Jenis-Jenis Pergeseran Makna
1. Meluas
Makna meluas yaitu makna kata yang
sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata bapak, makna asalnya adalah
orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini berlaku bagi semua orang dewasa
laki-laki yang dihormati.
2. Menyempit
Makna menyempit yaitu makna kata yang
sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna asalnya. Contoh; ulama, makna
asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan yang luas, tapi sekarang
maknanya adalah pemuka agama islam.
3. Peyorasi
Makna peyorasi adalah makna yang sekarang
lebih rendah nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata abang, dulu kata ini
digunakan untuk sebutan kakak laki-laki, namun sekarang kata ini digunakan
untuk orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak, abang tukang
bakso, dll.
4. Ameliorasi
Makna ameliorasi adalah makna yang
sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata istri atau
nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.
5. Asosiasi
Makna asosiasi adalah perubahan makna
akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil asosiasi ini menunjukan makna
kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat pengancing pintu . Akan tetapi, dalam
dunia pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah disediakan oleh
penbuat soal.
6. Sinestesia
Makna sinestesi adalah perubahan makna
akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua indera yang berbeda. Contoh:
Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.
F.
Bentuk-bentuk Pertalian Makna
SINONIM
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda
namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim bisa disebut
juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh :
• Meninggal/Mati
Ayahnya meninggal
dua bulan yang lalu
Hewan itu mati
karena tertabrak mobil
• Bunga/Kembang
Nama Latin dari
bunga bangkai adalah Rafflesia Arnoldi
Warna kembang sepatu
itu sangat menarik
ANTONIM
Antonim adalah adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu
sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh :
• Pendek/Tinggi
Adiknya tinggi
sedangkan kakaknya terlihat sedikit pendek
Pohon yang tinggi
itu baru saja disambar petir
• Panas/Dingin
Cuaca di daerah ini
sangat panas
Suhu dingin di
negara itu bisa mencapai 100 derajat Celcius
HIPERNIM &
HOMONIM
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata
hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata
hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim
merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :
• Hipernim = Sepatu
Hiponim = High
Heels, Wedges, Stilleto, Sneakers, Boot, Skate
• Hipernim = Mobil
Hiponim = Sedan,
Chooper, SUV, Jeep, Minibus, Bus
HOMONIM, HOMOFON, HOMOGRAF
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda
tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh :
• Hak
Dia harus
menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya
(Hak di sini bermakna sesuatu yang wajib diterima)
Hak sepatunya patah
ketika ia berjalan
(Hak di sini
bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif tinggi)
Homofon adalah suatu kata yang sama lafalnya dengan kata lain
tetapi beda ejaan dan maknanya. Contoh :
• Sanksi &
Sangsi
Siapapun yang melanggar
peraturan pasti akan mendapat sanksi
(hukuman/denda)
Polisi masih sangsi atas keterangan dari pelaku
(ragu-ragu)
Homograf adalah
suatu kata yang tulisannya sama dengan kata lain tetapi beda lafal dan
maknanya. Contoh :
• Teras
Rumahnya sejuk dan teras
rumahnya pun luas
(teras di sini
bermakna halaman depan rumah)
Ibunya adalah
seorang pejabat teras
(teras di sini
bermakna pejabat tinggi)
POLISEMI
Polisemi adalah satu buah kata/ ujaran yang
memiliki makna lebih dari satu. Setiap satu entri kata dalam kamus yang
memiliki makna leksikal lebih dari satu adalah polisemi. Contoh :
• Ekor
Ayah membeli ayam seharga Rp. 100.000
per ekor
(ekor di sini bermakna setiap)
Keresahan masyarakat saat ini
merupakan ekor berbagai kasus peledakan bom
(ekor di sini bermakna akibat dr kejadian atau keadaan sebelumnya)
Dengan ekor matanya, dia melihat wanita muda nan cantik itu.
(ekor di sini bermakna bagian yg di
belakang sekali)
Ibu memotong ekor ayam untuk menandai
ayam miliknya
(ekor di sini bermakna bagian tubuh binatang
dsb yg paling belakang, baik berupa sambungan dr tulang punggung maupun sbg
lekatan)
Kita jangan mengekor bangsa lain
(ekor di sini bermakna sesuatu yg
rupanya (keadaannya) seperti ekor)
Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembeda
|
Homonim
|
Homofon
|
Homograf
|
Polisemi
|
tulisan
|
=
|
≠
|
=
|
=
|
lafal/bunyi
|
=
|
=
|
≠
|
=
|
makna
|
≠
|
≠
|
≠
|
=
|
contoh
|
bisa
|
bang
|
tahu
|
bunga
|
G. Peribahasa
Peribahasa adalah ungkapan ringkas padat berisi kebenaran yang
wajar, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku, ungkapan pendek yang mengandung
aturan tingkah laku sebagai prinsip hidup.
Macam-Macam Peribahasa
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang.
Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat
sedang susah.
Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah
jatuh.
Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih
berganti.
H. Gaya Bahasa atau Majas
Majas atau kiasan adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu
benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Majas dapat digolongkan sebagai berikut.
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas
Perumpamaan
Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap
sama.
Contoh:
·
Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang
mustahil)
·
Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh
atau diajak mengerjakan sesuatu)
·
Semanis madu.
·
Sedalam laut.
·
Secantik bidadari.
·
Sesegar udara pagi.
Perumpamaan secara eksplisit
dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana,
umpama.
2. Metafora
Metafora adalah perbandingan
yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda.
Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti
namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:
·
Kapan Anda bertemu dengan lintah
darat itu?
·
Siti Mutmainah adalah kembang
desa di sini.
·
Kelaparan masih tetap menghantui rakyat Etiopia.
·
Nina tangkai
hati ibu.
3.
Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi
seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
·
Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
·
Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
·
Matahari mulai merangkak ke atas.
·
Kabut tebal menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada umumnya
menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
·
Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi
seseorang dalam rumah tangga)
Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
2. Litotes
3. Ironi
4. Antonomasia
5. Oksimoron
6. Paradoks
7. Kontradiksio
Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
1. Metonimia
2. Sinekdok, terdiri atas:
o
Pars pro toto
o
Totem pro parte
3. Alusio
4. Eufemisme
Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
I. Jargon
Merupakan
kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi,
atau kelompok tertentu. Kata-kata tersebut sering merupakan kata sandi atau
kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia).
J. Kata Asing dan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain
(bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya
disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata.
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke
benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang
dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi
keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain,
sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar
budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu
cara memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil
kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Contohnya dongkrak, sakelar, pelopor, individu.
Kata asing adalah unsur-unsur
yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena
belum menyatu dengan bahasa indonesia. Contohnya : option.
K. Kata-kata Baru
Dalam perkembangan, sering muncul
jenis kata-kata baru yang diperkenalkan. Contohnya : canggih, pemerian,
pascabedah, prakiraan, kendala.
L. Makna Kata Dalam Kalimat
Maknna sebuah kata dapat mengalami
perubahan. Setiap kata memiliki konteks, maka makna kata pada dasarnya
bergantung pada konteksnya. Makna kata menjadi jelas ketika digunakan dalam
kalimat, dalam konteks verbalnya, terkait dengan kata- kata yang mendahului dan
mengikutinya.
M. Kesesuaian Pilihan Kata
1. Nilai-nilai sosial
Dalam memilih kata, penulis perlu
memperhatikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pembaca. Penulis perlu
memperhatikan apakah ada kata tabu, atau kata-kata yang mempunyai konotasi lain
yang berkaitan dengan persoalan sopan santun atau kepercayaan mereka. Contoh :
wafat-mati, isteri-bini, putera-anak, saudara-kamu.
2. Kata baku dan
nonbaku
Bahasa baku adalah jenis bahasa yang
digunakan oleh kelas terpelajar didalam masyarakat. Kata baku digunakan dalam
tulisan-tulisan formal. Contoh kata baku-nonbaku : tidak-enggak,
berkata-ngomong, membuat-bikin, mengapa-ngapain, beri-kasi, memikirkan-mikirin.
3. Sasaran
penulisan
Sasara dari tulisan adalah kelompok
masyarakat kepada siapa tulisan tersebut ditunjukan. Sasaran tulisan ini akan
menentukan ragam bahasa, kalimat, serta kata-kata yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diksi
adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain
kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan
tuntutan komunikasi.
Ada
tiga hal yang yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya
dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi
atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara
tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata
mengangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi
dan konteks tertentu.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami
bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu
selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas
perkuliahannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://rezkiiqkye.blogspot.com/2013/01/makalah-diksi-pemilihan-kata.html.
(Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 20.31 Wib)
http://ilmu-fakta.blogspot.com/2013/02/kata-berimbuhan.html (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam
21:35 Wib)
http://pelitaku.sabda.org/kata_ulang (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam
21:38 Wib)
http://suhermanuhim.blogspot.com/
(Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:43 Wib)
http://ruangbacabajang.blogspot.com/2013/05/makna-kata.html
(Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 21:47 Wib)
http://chriztiantian.blogspot.com/2012/09/bentuk-bentuk-pertalian-makna.html (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam
21:55 Wib)
http://muhamad-irvansah.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-macam-macam-peribahasa.html (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam
22:03 Wib)
http://mulanovich.blogspot.com/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html#axzz3Gz4gUmom (Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam
22:07 Wib)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia
(Diakses Pada Hari Kamis, 23 Oktober 2014 Jam 22:13 Wib)
Kerap, Gorys. 1988. Diksi dan
Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
No comments :
Post a Comment