iklan

Wednesday, 10 September 2014

makalah corak kehidupan masyarakat masa praaksara



MAKALAH
“Corak Kehidupan Masyarakat Masa Praaksara”


DI

S
U
S
U
N

OLEH




SMA NEGERI 01 NANGA PINOH
TAHUN AJARAN
2014/2015


KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah dan terlimpah kepada junjungan kita Besar Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan safaatnya di hari kiamat nanti

 “Tiada gading yang tak retak”. Begitu juga dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari guru pengampuh dan teman-teman sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca tentang corak kehidupan masyarakat masa praaksara. Aamiiin


Nanga Pinoh,              September 2014



Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang.......................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Praaksara................................................................................................................... 2
B.     Corak Kehidupan Manusia Di Masa Praaksara.......................................................................... 2
C.     Jenis – Jenis Manusiayang Hidup Pada Masa Praaksara............................................................ 5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................................................. 6
B.     Saran........................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 8

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia awal Indonesia hidup secara bertahap. Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto menggambarkan kehidupan manusia awal Indonesia ke dalam empat tahapan, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Tahapan-tahapan ini merupakan suatu kesinambungan. Untuk melakukan perubahan dalam setiap tahapannya memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini mampu memberikan warna yang berbeda  untuk setiap tahapnya pada semua aspek kehidupan.
Sebelum membahas  lebih lanjut ada baiknya kita mengenal sedikit tentang zaman praaksara.
Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah
B.       Rumusan Masalah
·       Apa pengertian masa praaksara ?
·       Bagaimana corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara ?
·       Sebutkan jenis – jenis manusia pada masa praaksara ?
C.       Tujuan Penulisan
·       Untuk mengetahui pengertian praaksara
·       Untuk mengetahui kehidupan masyarakat pada masa praaksara
·       Untuk mengetahui jenis – jenis manusia pada masa praaksara

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Praaksara
Masa prasejarah atau praaksara merupakan masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Pada masa ini, kehidupan manusia masih sangat primitif. Namun, manusia pada masa ini tetaplah makhluk hidup. Mereka hidup, bergerak, dinamis, berpikir, bahkan memiliki berbagai kebutuhan seperti halnya kita. Perbedaannya, mereka masih sangat primitif sehingga dengan segala keterbatasannya mereka melakukan segala aktivitas dengan sangat sederhana.
Zaman praaksara sering juga disebut sebagai zaman prasejarah atau zaman nirleka. Nir artinya tidak dan leka artinya tulisan. Jadi kesimpulannya, pada zaman ini manusia masih belum mengenal tulisan. Batas antara zaman prasejarah dan zaman sejarah adalah dengan ditemukannya tulisan dalam kebudayaan manusia.
Dimulainya zaman sejarah pada setiap bangsa itu berbeda-beda, hal itu tergantung dari tingkat peradaban masing-masing bangsa. Bangsa yang pertama kali menggunakan tulisan dalam kebudayaan mereka adalah bangsa sumeria. Sekitar 3000 tahun sebelum masehi, mereka terbukti telah membuat ukiran diatas tanah liat , yang dipercaya berisikan simbol-simbol yang merepresentasikan angka-angka.  
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan masyarakat praaksara (prasejarah) menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
1.        Masa berburu dan mengumpulkan makanan, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan kegiatan berburu dan terbuat dari batu.
2.        Masa bercocok tanam, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang digunakan sebagai alat bercocok tanam (pertanian) yang sederhana (masih terbuat dari batu).
3.        Masa perundagian, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang telah menggunakan bahan dasar logam.

B.  Corak Kehidupan Pada Masa Praaksara
1.      Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, manusia Indonesia saat itu hidup sangat sulit karena keadaan alam masih belum stabil. Letusan gunung berapi masih sering terjadi, aliran sungai kadang-kadang berpindah sejalan dengan perubahan bentuk bumi. Karena sulitnya untuk mencari makanan, pertumbuhan populasi Manusia Indonesia sangat sedikit dan banyak yang meninggal dan akhirnya punah.
Manusia Indonesia pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan selalu berpindah-pindah mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai- sungai, danau atau sumber-sumber air yang lain, karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Di tempat-tempat yang demikian itu kelompok manusia praaksara menantikan binatang buruan mereka. Selain itu, sungai dan danau juga merupakan sumber makanan, karena terdapat banyak ikan di dalamnya. Lagi pula di sekitar sungai biasanya tanahnya subur dan ditumbuhi tanaman yang buahnya atau umbinya dapat dimakan. Di danau mencari ikan dan kerang, ada pula yang memilih daerah pedalaman. Tumpukan bekas makanan berupa kulit kerang banyak ditemukan di pantai atau di tepi sungai. Selain di sumber-sumber air, ada juga yang memilih gua-gua sebagai tempat sementara berdasarkan penemuan kerangka manusia yang dikuburkan, rupanya mereka sudah mengenal semacam sistem kepercayaan. Lama kelamaan kelompok manusia berburu dan mengumpulkan makanan menunjukkan tanda hidup menetap, suatu perkembangan ke arah masa bercocok tanam.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, mereka telah mulai lebih lama tinggal di suatu tempat. Ada kelompok-kelompok yang bertempat tinggal di daerah pantai, ada pula yang memilih tempat tinggal di daerah pedalaman. Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya berupa kerang dan ikan laut. Bekas tempat tinggal mereka dapat ditemukan kembali, karena dijumpai sejumlah besar kulit-kulit kerang yang menyerupai bukit kulit kerang serta alat-alat yang mereka gunakan. Sisa-sisa makanan yang berupa timbunan atau gugusan kulit kerang itu, yang artinya sampah dapur. Ada pun sisa alat-alat yang ditemukan dalam gugusan kulit kerang antara lain berupa anak panah atau mata tombak yang berbentuk khusus untuk menangkap ikan.
Kelompok yang memilih bertempat tinggal di daerah pedalaman pada umumnya memilih tempat tinggal di tepian sungai-sungai. Selain dari binatang buruan, mereka juga hidup dari ikan di sungai. Kelompok yang bergerak lebih ke pedalaman lagi, sisa-sisa budayanya sering ditemukan di dalam gua-gua yag mereka singgahi dan untuk tempat tinggal sementara dalam pengembaraan mereka. Gua-gua ini letaknya pada lereng-lereng bukit yang cukup tinggi, sehingga untuk memasuki gua-gua itu diperlukan tangga-tangga yang dapat ditarik ke dalam gua, jika ada bahaya yang mengancam. Untuk menghadapi berbagai ancaman, manusia itu hidup berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Biasanya mereka berada agak lama di daerah yang mengandung cukup banyak bahan makanan, terutama umbi- umbian dan dedaunan, dekat sumber air, serta dekat dengan tempat-tempat mangkal binatang buruan. Mereka kemudian akan melakukan pengembaraan atau berpindah ke tempat lain. Di tempat sementara ini, kelompok berburu biasanya tersusun dari keluarga kecil dengan jumlah kurang lebih 20 sampai 50 orang. Tugas berburu binatang dilakukan oleh orang laki-laki sedangkan orang perempuan bertugas mengumpulkan makanan, mengurus anak, dan mengajari anaknya dalam meramu makanan. Ikatan kelompok pada masa ini sangat penting untuk mendukung berlangsungnya kegiatan bersama.
2.      Bercocok Tanam
Kelompok-kelompok kecil pada masa bercocok tanam makin bertambah besar, karena masyarakat telah mulai menetap dan hidup lebih teratur. Kelompok-kelompok perkampungan tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar misalnya klan, marga dan sebagainya yang menjadi dasar masyarakat Indonesia sekarang. Kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks setelah mereka tidak saja tinggal di goa-goa, tetapi juga memanfaatkan lahan-lahan terbuka sebagai tempat tinggal.

Dengan bertempat tinggal menetap mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan teknologi pembuatan alat dari batu. Perubahan cara hidup dari mengembara ke menetap akhirnya berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Cara hidup berburu dan meramu secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan. Mereka memasuki tahapan baru yaitu bercocok tanam ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban manusia.
       Dengan penemuan-penemuan baru, mereka dapat menguasai alam, terutama yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup mereka. Beragam jenis tumbuhan  mulai dibudidayakan dan bermacam- macam binatang mulai dijinakkan. Dengan perkembangannya cara bercocok tanam dan bertani, berarti banyak hal yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang tidak mungkin dapat dipenuhi sendiri. Kondisi inilah yang kemudian mendorong munculnya kelompok-kelompok spesialis atau undagi, misalnya kelompok ahli pembuatan rumah, pembuatan gerabah, dan pembuatan alat-alat logam.
Pada tahapan berikutnya, kegiatan pertanian membutuhkan satu organisasi yang lebih luas yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut. Dari organisasi itu kemudian menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Dalam masyarakat yang demikian itu sudah dapat dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pengakuan terhadap pemimpin tidak sekadar karena faktor keturunan, tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan yang lebih dan berkedudukan tinggi. Para pemimpin tersebut sesudah meninggal arwahnya tetap dihormati karena kelebihan yang dimilikinya itu.
Untuk menghormati sang arwah, dibangunlah tempat-tempat pemujaan seperti tampak pada peninggalan-peninggalan punden berundak. Selain dapat menunjukan tempat pemujaan arwah, keberadaan punden berundak juga dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Punden berundak merupakan bangunan tempat melakukan upacara bersama. Dalam melaksanakan upacara itu, juga dipimpin oleh seorang pemimpin yang disegani oleh masyarakatnya.
Pada masa itu ada kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil. Pada mulanya hanya bentuk rumah agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah seperti itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang dibangun di atas tiang penyangga. Rumah besar ini bentuknya persegi panjang, dihuni oleh beberapa keluarga inti. Di bawah tiang penyangga rumah digunakan untuk memelihara ternak. Apabila musim panen tiba mereka berpindah sementara di dekat ladang-ladang dengan membangun rumah atau gubuk- gubuk darurat. Binatang-binatang piaraan mereka juga dibawa.
Tidak menutup kemungkinan pada masa itu, mereka sudah menggunakan bahasa untuk komunikasi. Para ahli menduga bahwa pada masa bercocok tanam menetap ini, mereka sudah menggunakan bahasa Melayu-Polenesia atau rumpun bahasa  Austronesia. Pada masa bercocok tanam mulai muncul kelompok-kelompok profesi, hubungan perdagangan, dan adanya kontak-kontak budaya yang menyebabkan kegiatan masyarakat semakin kompleks. Situasi semacam itu tidak saja telah menunjukkan adanya pelapisan masyarakat menurut kehlian dan pekerjaannya, tapi juga mendorong perkembangan teknologi yang mereka kuasai.
C.  Jenis – Jenis Manusia Yang Hidup Masa Praaksara
1.    Megantropus paleojavanicus
Diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
2.    Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
3.    Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
4.    Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
5.    Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ciri – ciri Manusia Pra Aksara :
Meganthropus Palaeo Jaavanicus
Pithe Canthropus Erectus
Homo
-       Berbadan tegap dengan tonjolan di belakang kepala
-       Bertulang pipi tebal
-       Tidak berdagu
-       Gigi dan rahang besar dan kuat
-      Tinggi tubuhnya 165 – 180 cm
-      Berbadan tegap
-      Hidung lebar tidak berdagu
-      Volumea otak antara 750 cc – 1300 cc
-     Tinggi tubuh sekitar 130 – 210 cm
-     Otot kenyal, gigi dan rahang sudah menyusut
-     sudah merdagu
-     Volume otak 1000 – 1300 cc
Catatan :
1.    Di Indonesia ditemukan fosil manusia purba terbanyak di dunia ini dan fosil manusia purba tertua juga ditemukan di Indonesia yang ditemukan di sekitar lembah bengawan Solo kabupaten Sragen. Sragen telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai "World Heritage" atau Warisan Dunia.
2.    Indonesia merupakan surga bagi penelitian kehidupan manusia purba, karena fosil yang ditemukan di Indonesia paling banyak jenisnya.


D.   
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pra Aksara atau Pra Sejarah atau Nirleka ( nir : tidak ada, leka : tulisan ). adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia, dengan kata lain Masa Pra aksara berarti jaman sebelum  ditemuklan tertulis /jaman sebelum manusia mengenal tulisan.
Perkembangan corak kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :
1.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :
·   Nomaden ( berpindah – pindah )
·   Kebutuhan hidup tergantung pada alam
Peralatan yang digunakan :
·   Kapak berimbas
·   Kapak penetak
·   Kapak genggam
2.      Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :
·   Bertempat tinggal di gua – gua ( setengah menetap )
·   Sudah mengenal api
·   Sudah mengenal bertanam sederhana
Peralataan yang digunakan :
·   Kapak berimbas
·   Kapak penetak
·   Kapak genggam
·   Peralatan serpih
·   Peralatan dari tulang
3.      Masa bercocok tanam
·  Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam
·  Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri
·  Sudah mulai hidup menetapSudah mengenal sistem gotong royong
Peralatan yang digunakan :
·   Beliung : Kapak batu, mata anak panah, mata tombak, gerabah
·   Beliung persegi > batu yang sudah dihaluskan pada sisi - sisinya
4.      Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
·   Manusia terbagi dalam kelompok – kelompok yang memiliki ketrampilan
·   Manusia membangun tempat pemujaan dari batu – batu besar.
·   Peralatan yang digunakan :
·   Kapak perunggu ( kapak corong, kapak sepatu ), nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.

B.  Saran
Untuk menambah wawasan tentang kehidupan masyarakat dimasa praaksara kami sebagai penyusun/penulis mensarankan kepada pembaca untuk browing di internet karena makalah kami ini menjelaskan singkat saja tentang corak kehidupan masyarakat masa praaksara.

DAFTAR PUSTAKA


No comments :

Post a Comment