MAKALAH
“Corak Kehidupan Masyarakat Masa
Praaksara”
DI
S
U
S
U
N
OLEH
SMA NEGERI 01 NANGA PINOH
TAHUN AJARAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Tidak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah dan
terlimpah kepada junjungan kita Besar Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
safaatnya di hari kiamat nanti
“Tiada gading yang tak retak”. Begitu juga dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dan kekurangannya.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari guru pengampuh dan teman-teman sangat
kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca tentang corak kehidupan masyarakat masa
praaksara. Aamiiin
Nanga Pinoh, September
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Praaksara................................................................................................................... 2
B.
Corak
Kehidupan Manusia Di Masa Praaksara.......................................................................... 2
C.
Jenis
– Jenis Manusiayang Hidup Pada Masa Praaksara............................................................ 5
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................................. 6
B.
Saran........................................................................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia awal Indonesia
hidup secara bertahap. Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto
menggambarkan kehidupan manusia awal Indonesia ke dalam empat tahapan, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian. Tahapan-tahapan ini merupakan suatu kesinambungan. Untuk melakukan
perubahan dalam setiap tahapannya memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini
mampu memberikan warna yang berbeda untuk setiap tahapnya pada semua
aspek kehidupan.
Sebelum membahas lebih lanjut ada baiknya kita mengenal sedikit
tentang zaman praaksara.
Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman
Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan,
jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya tulisan. Batas antara zaman Praaksara
dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan
sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau
dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung
dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun
4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa
Mesir sudah memasuki zaman sejarah
B.
Rumusan
Masalah
· Apa pengertian masa praaksara ?
· Bagaimana corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara ?
· Sebutkan jenis – jenis manusia pada masa praaksara ?
C.
Tujuan
Penulisan
· Untuk mengetahui pengertian praaksara
· Untuk mengetahui kehidupan masyarakat pada masa praaksara
· Untuk mengetahui jenis – jenis manusia pada masa praaksara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Praaksara
Masa prasejarah atau praaksara merupakan masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Pada masa ini, kehidupan manusia masih sangat primitif. Namun, manusia
pada masa ini tetaplah makhluk hidup. Mereka hidup, bergerak, dinamis,
berpikir, bahkan memiliki berbagai kebutuhan seperti halnya kita. Perbedaannya,
mereka masih sangat primitif sehingga dengan segala keterbatasannya mereka
melakukan segala aktivitas dengan sangat sederhana.
Zaman praaksara sering juga disebut sebagai zaman prasejarah atau zaman
nirleka. Nir artinya tidak dan leka artinya tulisan. Jadi kesimpulannya, pada
zaman ini manusia masih belum mengenal tulisan. Batas antara zaman prasejarah
dan zaman sejarah adalah dengan ditemukannya tulisan dalam kebudayaan manusia.
Dimulainya zaman sejarah pada setiap bangsa itu berbeda-beda, hal itu
tergantung dari tingkat peradaban masing-masing bangsa. Bangsa yang pertama
kali menggunakan tulisan dalam kebudayaan mereka adalah bangsa sumeria. Sekitar
3000 tahun sebelum masehi, mereka terbukti telah membuat ukiran diatas tanah
liat , yang dipercaya berisikan simbol-simbol yang merepresentasikan
angka-angka.
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak
kehidupan masyarakat praaksara (prasejarah) menurut para ahli sejarah dapat dibagi
menjadi tiga masa, yaitu :
1.
Masa berburu dan
mengumpulkan makanan, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang
berhubungan dengan kegiatan berburu dan terbuat dari batu.
2.
Masa bercocok tanam,
pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang digunakan sebagai alat
bercocok tanam (pertanian) yang sederhana (masih terbuat dari batu).
3.
Masa perundagian, pada
masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang telah menggunakan bahan dasar
logam.
B.
Corak Kehidupan Pada Masa Praaksara
1.
Berburu dan
Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat awal, manusia Indonesia saat itu hidup sangat
sulit karena keadaan alam masih belum stabil. Letusan gunung berapi masih
sering terjadi, aliran sungai kadang-kadang berpindah sejalan dengan perubahan
bentuk bumi. Karena sulitnya untuk mencari makanan, pertumbuhan populasi
Manusia Indonesia sangat sedikit dan banyak yang meninggal dan akhirnya punah.
Manusia Indonesia pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan selalu
berpindah-pindah mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup.
Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai- sungai, danau atau
sumber-sumber air yang lain, karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat
sumber air. Di tempat-tempat yang demikian itu kelompok manusia praaksara
menantikan binatang buruan mereka. Selain itu, sungai dan danau juga merupakan
sumber makanan, karena terdapat banyak ikan di dalamnya. Lagi pula di sekitar
sungai biasanya tanahnya subur dan ditumbuhi tanaman yang buahnya atau umbinya
dapat dimakan. Di danau mencari ikan dan kerang, ada pula yang memilih daerah
pedalaman. Tumpukan bekas makanan berupa kulit kerang banyak ditemukan di
pantai atau di tepi sungai. Selain di sumber-sumber air, ada juga yang memilih
gua-gua sebagai tempat sementara berdasarkan penemuan kerangka manusia yang
dikuburkan, rupanya mereka sudah mengenal semacam sistem kepercayaan. Lama
kelamaan kelompok manusia berburu dan mengumpulkan makanan menunjukkan tanda
hidup menetap, suatu perkembangan ke arah masa bercocok tanam.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, mereka telah
mulai lebih lama tinggal di suatu tempat. Ada kelompok-kelompok yang bertempat
tinggal di daerah pantai, ada pula yang memilih tempat tinggal di daerah
pedalaman. Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya berupa kerang
dan ikan laut. Bekas tempat tinggal mereka dapat ditemukan kembali, karena
dijumpai sejumlah besar kulit-kulit kerang yang menyerupai bukit kulit kerang
serta alat-alat yang mereka gunakan. Sisa-sisa makanan yang berupa timbunan
atau gugusan kulit kerang itu, yang artinya sampah dapur. Ada pun sisa
alat-alat yang ditemukan dalam gugusan kulit kerang antara lain berupa anak
panah atau mata tombak yang berbentuk khusus untuk menangkap ikan.
Kelompok yang memilih bertempat tinggal di daerah pedalaman pada umumnya
memilih tempat tinggal di tepian sungai-sungai. Selain dari binatang buruan,
mereka juga hidup dari ikan di sungai. Kelompok yang bergerak lebih ke
pedalaman lagi, sisa-sisa budayanya sering ditemukan di dalam gua-gua yag
mereka singgahi dan untuk tempat tinggal sementara dalam pengembaraan mereka.
Gua-gua ini letaknya pada lereng-lereng bukit yang cukup tinggi, sehingga untuk
memasuki gua-gua itu diperlukan tangga-tangga yang dapat ditarik ke dalam gua,
jika ada bahaya yang mengancam. Untuk menghadapi berbagai ancaman, manusia itu
hidup berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Biasanya mereka berada
agak lama di daerah yang mengandung cukup banyak bahan makanan, terutama umbi-
umbian dan dedaunan, dekat sumber air, serta dekat dengan tempat-tempat mangkal
binatang buruan. Mereka kemudian akan melakukan pengembaraan atau berpindah ke
tempat lain. Di tempat sementara ini, kelompok berburu biasanya tersusun dari
keluarga kecil dengan jumlah kurang lebih 20 sampai 50 orang. Tugas berburu
binatang dilakukan oleh orang laki-laki sedangkan orang perempuan bertugas
mengumpulkan makanan, mengurus anak, dan mengajari anaknya dalam meramu
makanan. Ikatan kelompok pada masa ini sangat penting untuk mendukung
berlangsungnya kegiatan bersama.
2.
Bercocok
Tanam
Kelompok-kelompok
kecil pada masa bercocok tanam makin bertambah besar, karena masyarakat telah
mulai menetap dan hidup lebih teratur. Kelompok-kelompok perkampungan tumbuh
menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar misalnya klan, marga dan sebagainya
yang menjadi dasar masyarakat Indonesia sekarang. Kehidupan masyarakat menjadi
semakin kompleks setelah mereka tidak saja tinggal di goa-goa, tetapi juga
memanfaatkan lahan-lahan terbuka sebagai tempat tinggal.
Dengan bertempat tinggal menetap mereka mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan teknologi pembuatan alat dari
batu. Perubahan cara hidup dari mengembara ke menetap akhirnya berpengaruh
terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Cara hidup berburu dan meramu secara
berangsur-angsur mulai ditinggalkan. Mereka memasuki tahapan baru yaitu
bercocok tanam ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan dan
peradaban manusia.
Dengan
penemuan-penemuan baru, mereka dapat menguasai alam, terutama yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan hidup mereka. Beragam jenis tumbuhan mulai
dibudidayakan dan bermacam- macam binatang mulai dijinakkan. Dengan
perkembangannya cara bercocok tanam dan bertani, berarti banyak hal yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang tidak mungkin dapat dipenuhi sendiri.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong munculnya kelompok-kelompok spesialis
atau undagi, misalnya kelompok ahli pembuatan rumah, pembuatan
gerabah, dan pembuatan alat-alat logam.
Pada tahapan
berikutnya, kegiatan pertanian membutuhkan satu organisasi yang lebih luas yang
berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut. Dari
organisasi itu kemudian menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau
masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Dalam masyarakat yang demikian itu sudah
dapat dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pengakuan terhadap pemimpin
tidak sekadar karena faktor keturunan, tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan
yang lebih dan berkedudukan tinggi. Para pemimpin tersebut sesudah meninggal
arwahnya tetap dihormati karena kelebihan yang dimilikinya itu.
Untuk menghormati
sang arwah, dibangunlah tempat-tempat pemujaan seperti tampak pada
peninggalan-peninggalan punden berundak. Selain dapat
menunjukan tempat pemujaan arwah, keberadaan punden berundak juga
dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Punden berundak merupakan
bangunan tempat melakukan upacara bersama. Dalam melaksanakan upacara itu, juga
dipimpin oleh seorang pemimpin yang disegani oleh masyarakatnya.
Pada masa itu ada
kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil. Pada mulanya hanya bentuk rumah
agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah
seperti itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang dibangun di atas
tiang penyangga. Rumah besar ini bentuknya persegi panjang, dihuni oleh
beberapa keluarga inti. Di bawah tiang penyangga rumah digunakan untuk
memelihara ternak. Apabila musim panen tiba mereka berpindah sementara di dekat
ladang-ladang dengan membangun rumah atau gubuk- gubuk darurat.
Binatang-binatang piaraan mereka juga dibawa.
Tidak menutup
kemungkinan pada masa itu, mereka sudah menggunakan bahasa untuk komunikasi.
Para ahli menduga bahwa pada masa bercocok tanam menetap ini, mereka sudah
menggunakan bahasa Melayu-Polenesia atau rumpun
bahasa Austronesia. Pada masa bercocok tanam mulai muncul
kelompok-kelompok profesi, hubungan perdagangan, dan adanya kontak-kontak
budaya yang menyebabkan kegiatan masyarakat semakin kompleks. Situasi semacam
itu tidak saja telah menunjukkan adanya pelapisan masyarakat menurut kehlian
dan pekerjaannya, tapi juga mendorong perkembangan teknologi yang mereka
kuasai.
C.
Jenis – Jenis
Manusia Yang Hidup Masa Praaksara
1. Megantropus paleojavanicus
Diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
Diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
2. Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
3. Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
4. Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
5. Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ciri – ciri Manusia Pra
Aksara :
Meganthropus Palaeo Jaavanicus
|
Pithe Canthropus Erectus
|
Homo
|
- Berbadan tegap dengan tonjolan
di belakang kepala
- Bertulang pipi tebal
- Tidak berdagu
- Gigi dan rahang besar dan kuat
|
- Tinggi tubuhnya 165 – 180 cm
- Berbadan tegap
- Hidung lebar tidak berdagu
- Volumea otak antara 750 cc – 1300 cc
|
- Tinggi tubuh sekitar 130 – 210 cm
- Otot kenyal, gigi dan rahang sudah
menyusut
- sudah merdagu
- Volume otak 1000 – 1300 cc
|
Catatan :
1.
Di Indonesia ditemukan
fosil manusia purba terbanyak di dunia ini dan fosil manusia purba tertua juga
ditemukan di Indonesia yang ditemukan di sekitar lembah bengawan Solo kabupaten
Sragen. Sragen telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai "World Heritage"
atau Warisan Dunia.
2.
Indonesia merupakan
surga bagi penelitian kehidupan manusia purba, karena fosil yang ditemukan di
Indonesia paling banyak jenisnya.
D.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pra Aksara atau Pra Sejarah atau Nirleka ( nir : tidak ada, leka :
tulisan ). adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia, dengan kata lain Masa Pra aksara
berarti jaman sebelum ditemuklan tertulis /jaman sebelum manusia mengenal
tulisan.
Perkembangan corak
kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :
corak kehidupan :
·
Nomaden ( berpindah –
pindah )
·
Kebutuhan hidup
tergantung pada alam
Peralatan yang digunakan :
·
Kapak berimbas
·
Kapak penetak
·
Kapak genggam
2. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :
Corak kehidupan :
·
Bertempat tinggal di
gua – gua ( setengah menetap )
·
Sudah mengenal api
·
Sudah mengenal bertanam
sederhana
Peralataan yang digunakan :
·
Kapak berimbas
·
Kapak penetak
·
Kapak genggam
·
Peralatan serpih
·
Peralatan dari tulang
3. Masa bercocok tanam
· Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam
· Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri
· Sudah mulai hidup menetapSudah mengenal sistem gotong royong
Peralatan yang digunakan :
·
Beliung : Kapak batu,
mata anak panah, mata tombak, gerabah
·
Beliung persegi >
batu yang sudah dihaluskan pada sisi - sisinya
4. Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
·
Manusia terbagi dalam
kelompok – kelompok yang memiliki ketrampilan
·
Manusia membangun
tempat pemujaan dari batu – batu besar.
·
Peralatan yang
digunakan :
·
Kapak perunggu ( kapak
corong, kapak sepatu ), nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.
B. Saran
Untuk menambah wawasan tentang
kehidupan masyarakat dimasa praaksara kami sebagai penyusun/penulis mensarankan
kepada pembaca untuk browing di internet karena makalah kami ini menjelaskan
singkat saja tentang corak kehidupan masyarakat masa praaksara.
DAFTAR PUSTAKA
No comments :
Post a Comment