MAKALAH BAHASA INDONESIA
“Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia”
MADRASAH ALIYAH BAITULMAL PANCASILA
KABUPATEN MELAWI
TAHUN 2014
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyusun makalah bahasa Indonesia yang berjudul “Sejarah Sastra
Indonesia”.
Terima kasih disampaikan kepada guru pengajar bahasa
Indonesia yang telah membimbing demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun, agar dapat memenuhi tugas bahasa Indonesia.
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamualiakum
wr. wb.
Nanga Pinoh, November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGNATAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A.
Sejarah Sastra Indonesia................................................................................................... 3
1. Kesustraan
Melayu Klasik.......................................................................................... 3
2. Kesustraan
Indonesia Modern.................................................................................... 5
BAB III
KESIMPULAN............................................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................. 9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hasil
karya baru dapat dikatakan memiliki nilai saastra bila di dalamnya terdapat
kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan
susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan
isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di
hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi
tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut
tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.Sastra
memiliki beberapa jenis:
·
sastra daerah, yaitu karya sastra yang berkembang di
daerah dan diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah,
·
sastra dunia, yaitu karya sastra milik dunia yang bersifat
universal,
·
sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah
meninggalkan ciri-ciri khas pada masa sebelumnya,dan
·
sastra modern, yaitu sastra yang telah terpengaruh
oleh sastra asing(sastra barat).
Contoh-contoh
karya sastra yang sering kita lihat sehari-hari adalah puisi, cerpen, novel,
drama, dan banyak lagi. Masing-masing karya sastra tersebut memiliki ciri khas
masing-masing dan isinya juga beragam tergantung si pembuat karya sastra
tersebut. Bisa saja isinya tentang kehidupan nyata si pengarang ataupun tentang
kritik sosial. Walaupun bermacam-macam isinya, asalkan memiliki rasa keindahan,
itu sudah dapat disebut karya sastra.
Dengan
demikian, sastra Indonesia pada hakikatnya adalah sastra yang
berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan
bahasaIndonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam
globalisasi. Yang menjadi soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra
itu memiliki posisi yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh,
bagaimana langkah untuk menjadikan masyarakatnya memilikui posisi kuat di
tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah sastra indonesia ?
2.
Bagaimana kesustraan melayu klasik ?
3.
Bagaimana kesustraan indonesia modern ?
4.
Bagaimana perkembangan sastra indonesia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini Penulis buat untuk menambah pengetahuan
akan perkembangan sastra Indonesia pasca-reformasi. Mengenai apa saja yang
terjadi dan bagaimana proses lahirnya sastra pascareformasi. Tujuan yang jelas
adalah supaya mengenal bentuk, struktur dan arah perkembangan periode
sastra pasca-reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Sastra Indonesia
Kepulauan
Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra
Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh
beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan,
adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri.
Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa melayu yaitu salah satu bahasa daerah di
Nusantara. Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai
timur pulau Sumatera.
-Kerajaan
Melayu yang berpusat didaerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692)
dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini,-
1.
Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu
tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa
milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk,
isi, dan pengaruh asing.
a. Kesusastraan
Rakyat (Kesusastraan Melayu Asli)
Kesusastraan
rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu
diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada cucunya, dari
pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii dikenal sebagai sastra lisan (oral
literature).
Kesusastraan
yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa
Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut
masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan
dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya.
Misalnya :
- Cerita asal-usul
- Cerita binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita Pelipur lara.
Contoh
Mantra Memasuki hutan rimba
Hai, si Gempar Alam
Gegap gempita
Jarum besi akan romaku
Ular tembaga akan romaku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akar tongkat mulutku
Harimau menderam di pengeriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak
membiasakan aku.
b. Pengaruh
Hindu dalam Kesusastraan Melayu
Pengaruh
Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock Fang :
1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka
diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian dengan
munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa Melayu
semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah beradaptasi
dengan masyarakat Melayu.
Epos India
dalam kesusastraan Melayu
Ramayana :
cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja
Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro
Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam
bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama
dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama
dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van
Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.
Mahabarata :
Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dalam
sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa.Dalam
sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.
c. Kesusastraan
Zaman Peralihan Hindu-Islam, dan pengaruh Islam
Sastra zaman
peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu
dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang
masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa raja, Hikayat Parung Punting,
Hikayat Lang-lang Buana, dsb.
Sastra
pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang
harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur Muhammad,
Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dsb.
-Perkembangan
agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan perkembangan
Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui
Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah
Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara.-
Pada abad
ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi wilayah
jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena mau
memiliki rempah-rempah.-
d. Kesusastraan
Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa
ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu
Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh
pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan ini adalah Raja
Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyi dari Malaka.
Contoh karya
Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan
Injil ke dalam bahasa melayu.
Contoh Gurindam Raja Ali Haji
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.-
2.
Kesusastraan Indonesia Modern
Lahirnya
Kesusastraan Indonesia Modern
Jika
menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan Indonesia
baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis baru
ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal
28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Namun
menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern ditandai dengan
rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh. Yamin, Sanusi Pane,
Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong Sumatera
sebelum tahun 1928.
a. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1)
Periode 1920 (Angkatan Balai Pustaka)
Contoh : Puisi M. Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
....
1922
2) Periode 1933
(Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨
yang dikelola oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.
Contoh : Puisi Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah Rindu II)
3) Periode 1942
(Angkatan 45)
Chairil Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus,
Mochtar Lubis dan Pramoedya A T.
Contoh Sajak Chairil :
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
b. Masa
Perkembangan (1945 – sekarang)
1)
Periode 1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)
2)
Periode 1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini
ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis pengarang Robohnya
Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu, penyair Toto Sudarto
Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke angkatan 70)
3)
Angkatan 66
Pada tanggal
6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama dengan KAMI dan
KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan semangat 1966 :
Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi kebudayaan oleh
politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya angkatan 66. Dari
kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit sebagai suara
sastranya.
4) Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji
Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya
Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu
kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu
yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan air hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam Tergantung pada Angin)
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan
sastra di Indonesia sepertinya mengalami problematika tersendiri. Terkadang
periode kesusasteraan sulit sekali ditentukan dimana sebuah periode itu
dimulai. Secara teori sejarah kesusasteraan di Indonesia ini masih tergolong
muda, belum sampai berumur satu abad, sehingga masih banyak lobang-lobang yang
perlu di gali. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu bentuk kajian yang diharapkan
mampu menarik dan menghidupkan sastra di Indonesia. Perlu di ketahui bahwa
dengan mempelajari sastra berarti secara tidak langsung juga kita mempelajari
sejarah yang membentuk sastra itu sendiri.
Setelah
melakukan beberapa pendekatan yang disarankan, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan bahwa perkembangan sastra Indonesia telah sampai pada hakikatnya,
yaitu bebas berekspresi. Sekarang yang jadi permasalahan adalah apakah mampu
sastra Indonesia ini memjadi solusi yang tepat dalam proses pengintegrasian
bangsa, yang pada kenyataannya telah sampai pada titik nadir. Sebenarnya ini
merupakan ladang yang baik bagi para sastrawan dan penikmat sastra untuk sampai
pada esensi tertinggi dalam kesusasteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.
No comments :
Post a Comment