iklan

Tuesday 2 December 2014

masa pendidikan jepang di indonesia

Masa Pendidikan Jepang di Indonesia
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.

Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
a.        Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda;
b.        Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a.        Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.
b.        Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
c.        Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d.        Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya.[7] Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain: (1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; (2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: (1) Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan latihan-latihan fisik dan militer; (7) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain:
a.        Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk Sumuka;
b.        Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
c.        Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
d.        Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
e.        Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
f.          Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.



Memenangkan perang adalah alasan utama jepang menguasi Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang menjadi pemicu jepang untuk menguasai Indonesia. Sebagai contoh, Indonesia adalah penghasil minyak yang sangat dibutuhkan oleh jepang untuk berperang. Oleh sebab itu jepang merasa perlu membina orang-orang Indonesia agar bisa dimanfaatkan oleh jepang. Salah satu usaha jepang dalam hal ini adalah melalui pendidikan dan pelatihan untuk mendidik bangsa Indonesia agar siap dijadikan tenaga kerja tidak untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Pada masa akhir pendudukannya , terdapat tujuan pendidikan yaitu untuk mejepangkan Indonesia. Hal ini dengan memasukan doktrin-doktrin jepang kepada bangsa Indonesia.
            Melalui pendidikan dan pelatihan di usahakan untuk menanamkan disiplin japang dan semangat berjuang dengan semboyan “asia untuk bangsa asia”. Dengan cara demikian diharapkan bangsa Indonesia akan termotivasi untuk bekerjasama dengan jepang mencegah masuknya kembali penguasaan colonial Belanda.
            Lembaga-lembaga pendidikan didirikan terbuka bagi semua lapisan masyarakat. Melalui sekolah-sekolah penyelenggaraan kursus bahasa jepang diadakan dengan memakai bahasa Indonesia sebangai bahasa pengantar. Sedangkan bahasa belada dilarang untuk digunakan.

LANDASAN PENDIDIKAN
            Landasan pendidikan pada masa jepang adalah Hakko Ichiu. Hakko Ichiu adalah mengajak bangsa Indonesia untuk bekerjasama dengan dengan bangsa jepang dalam rangka mencapai kemakmuran bersama asia raya. Setiap hari semua pelajar harus mengucapkan sumpah setia kepada kaisar Jepang.

SISTEM PERSEKOLAHAN
Persekolahan dijaman Jepang berbeda dengan persekolahan dijaman belanda. Pada masa pendudukan jepang sistem dualisme yang dijalankan pada waktu colonial belanda dihapus. Sehingga hal ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mendapatkan pendidikan bagi semua golongan penduduk Indonesia.
Pada awal kedatangan jepang ke Indonesia jepang membekukan semua kegiatan pendidikan yang dianggap sangat rumit yang diadakan pada masa colonial Belanda. Usaha tersebut sekaligus mengikis pengaruh belanda di Indonesia. Pada tahun 1942 jepang mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap buku-buku berbahasa Belanda. Semua itu bermaksud untuk menghilangkan pengaruh barat dan meninggikan derajat bangsa Asia dibawah kekuasaan dan pimpinan jepang. Pemeriksaan buku tersebut dipimpin oleh Nowoti dan M. samoed. ( Santoso Rochmani. Jakatra Raya Pada Jaman Jepang. 1986. Halaman 81).
Sekolah yang pertama kali ada pada masa pendudukan Jepang bernama Wakaba. Wakaba adalah sekolah yang di peruntukan khusus bagi wanita. Sekolah ini semacam sekolah keterampilan yang pada waktu itu didirikan hanya untuk penampungan sementara. Sehingga wanita yang semula sekolah di MULO, AMS, HBS, bahkan mahasiswa akhirnya masuk Wakaba. (Dibawah Pendudukan Jepang, Arsip nasional republuk Indonesia.1988. halaman 89 ).

Pada masa pendudukan Jepang terdapat tiga prinsip pokok kebijaksanaan dibidang pendidikan yaitu :
1.    pendidikan ditata kembali atas dasar penyeragaman dan kesesamaan untuk seluruh kelompok etnis dan kelas social.
2.    secara sistematis pengaruh pendidikan Belanda dihapus dari sekolah-sekolah, sedangkan unsure-unsur kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
3.    semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukan doktrin gagasan kemakmuran bersama Asia Tenggara dibaeah pimpinan Jepang. (Dibawah Pendudukan Jepang. Arsip nasional Indonesia. Halaman 87).

Perubahan istilah dan nama jenjang sekolah, sebagai berikut :
1.    jenjang sekolah dasar menggunakan istilah Sekolah Rakyat (SR) atau Kokumin Gakko. Lama pendidikan 6 tahun terbuka unruk semua golongan penduduk.
2.    Jenjang sekolah menengah pertama (SMP) atau Shot chu Gakko. Lama
         pendidikan 3 tahun. Terbuka untuk yang memiliki ijazah SR.
3.    Jenjang sekolah menengah tinggi (SMT) atau Koto Chu Gakko. Lama jenjang pendidikan 3 tahun.
4.    Jenjang perguruan tinggi. Perguruan tinggi tersebut adalah :
a.    Sokolah tinggi kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta.
b.    Sekolah teknik tinggi (Kogyo Dai Gakko ) di Bandung
c.    Sekolah tinggi Pamong Praja (Kenkoku Gakuin)
d.    Sekolah tinggi Kedokteran Hewan di Bogor

Adapun sekolah kejuruan menengah adalah :
·   Sekolah pertukangan atau Kogyo Gakko
·   Sekolah teknik menengah atau Kogyo Semino gakko
·   Sekolah pelayaran menengah dan pelayaran tinggi
·   Sekolah pertanian di Tasikmalaya di Malang



No comments :

Post a Comment